Kementerian Agama (Kemenag) melalui Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Machasin menyatakan, pihaknya telah menerima laporan mengenai Al Quran ang salah cetak. Namun demikian masih menelusuri keberadaan kemudian dilakukan penelitian kesalahan yang ada pada kitab suci itu.
“Laporan sudah kami terima dari Lembaga Percetakan Al Quran, tapi kami belum lakukan penelitian. Kalau salah cetak harus ditarik,” kata Machasin kepada wartawan usai konprensi pers tentang rencana akan digelar simposium internasional tentang peran serta strategis pendidikan agama dalam pengembangan budaya damai di kantor Kemenag, Jl. MH.Thamrin No.6, Jakarta, Rabu (05/09/2012).
Institusi yang dipimpin Suryadharma Ali itu mengaku juga akan segera melakukan penelitian terhadap Al-Quran yang ayat-ayatnya tidak sesuai.
Terjadinya kesalahan menurut Machasin boleh jadi pada proses pengadaan. “Mestinya diverifikasi lebih dahulu. Karena untuk menerbitkan, mencetak Al Quran harus melalui berbagai tahapan,” ujarnya di laman Kemenag.
Hasil penelitian Direktur Lembaga Percetakan Al Quran (LPQ), Sarmidin Nasir, sebelumnya mendapati Al-Quran yang dicetak pada 2011 ditemukan mengalami kesalahan pada halaman 88. Halaman seharusnya berlanjut ke halaman 89, tetapi justru balik ke halaman 57. Berikutnya halaman kurang atau isi kurang mulai halaman 89 sampai 120.
Selain itu, kesalahan lain adalah perubahan tanda baca (harokat) kasroh menjadi tanwim pada halaman 339. Petikan ayat tersebut seharusnya berbunyi bi afwahikum. Namun karena terdapat kesalahan tanda baca, bunyinya menjadi bin afwahikum.
Selain itu, ada juga ayat yang gundul atau tidak memiliki tanda baca pada 367. Kesalahan teknis lainnya sebagian besar berupa halamannya yang membayang sehingga tidak bisa dibaca karena terlihat seperti tulisan yang bertumpuk. Di beberapa halaman, terdapat pula beberapa ayat yang tercetak keriput karena kertasnya keriput sehingga hurufnya terpotong-potong.
Kesalahan lain adalah perubahan tanda baca (harokat) kasroh menjadi tanwim pada halaman 339. Petikan ayat tersebut seharusnya berbunyi bi afwahikum. Namun karena terdapat kesalahan tanda baca, bunyinya menjadi bin afwahikum.
Sarmidin juga menemukan adanya ayat gundul atau tidak memiliki tanda baca pada 367. Beberapa kesalahan lainnya berupa adanya halaman membayang sehingga tidak bisa dibaca lalu beberapa ayat yang tercetak keriput. Kertas keriput membuat hurufnya terpotong-potong.*
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar