Wali songo merupakan istilah yang tidak asing bagi bangsa Indonesia khususnya ummat Islam. Dari setiap generasi ke generasi sejarah Wali Songo selalu diterima dan selalu hidup dalam hati masyarakat Indonesia, mereka melakukan tradisi yang terus-menerus dengan melakukan Ziarah, kemakam para wali songo dan ini dilakukan untuk mengenang sejarah dan jasa-jasa wali songo dalam penyebaran Islam di Nusantara atau mungkin tergantung niat masing-masing orang, wallahu a’lam. Sehingga saking dikenalnya wali Songo, makam-makam mereka tidak pernah sepi diziarahi para pengunjung dari seluruh Nusanatara. Beratus-ratus buku, nyanyian, Drama dan bahkan film-film di buat sebagai bukti keabadian sejarah mereka. Tidak cukup sampai disitu nama-nama Wali Songopun di abadikan menjadi Nama Lembaga-lembaga Pendidikan tinggi, di Jakarta menjadi nama UIN Syarif Hidyataulah, di Bandung UIN Sunan Gunung Jati, disemarang UIN Wali Songo, di Yogyakarta UIN Sunan KaliJogo, Di Surabaya IAIN Sunan Ampel Dan lain-lain. Sehingga di masyarakatpun beredar cerita-cerita yang melegenda yang mengisahkan tentang kejadian-kejadian yang luar biasa yang terjadi pada tokoh-tokoh Wali Songo, yang kalau di tinjau dari kacamata sebagian kita mungkin tidak masuk akal, sehingga kisah-kisah itupun juga menjadi legenda yang yang begitu kuat diyakini di masyarakat Indonesia. Persoalan apakah benar cerita-cerita itu terjadi sebagai suatu fakta sejarah, merupakan persoalan lain yang kalau ingin membuktikannya mungkin perlu menggunakan bukti-bukti ilmiah yang itu mungkin menjadi tugas sejarawan.
Sebagai bagian dari Ummat Islam Indonesia apalagi dari kalangan pesantren, pengalaman berziarah sudah saya lakukan dari ketika masih dipesantren. Niatnya bersilaturrahmi kerumah teman yang ada di Lamongan yaitu sdr. Lukmanul Hakim, dari Jombang Muhson dan dari Surabaya Muhammad Yanto yaitu teman2 Tahfidzul Qur’an , Alhamdulillah sempat mampir berziarah ke Makam Maulana Malik Ibrahim di gresik, kemudian kemakam Sunan Ampel di Surabaya. Karena waktu dan biaya terbatas dan juga memang tadinya hanya untuk bersilaurrahmi kerumah Ikhwan ya pada waktu itu baru bisa kedua makam itu. Kemudian pada kesempatan lain tanggal 16 Ramadhan 1420 H ketika di ajak teman yang dari Madura namanya Abdul Muin Al Hafidz sempat juga berziarah kemakam Syaikh Abdul manan DLL di Batu Ampar, juga sempat kemakamnya Syaikh Kholil Bangkalan. Sempat juga di ajak teman yang dari Demak yaitu Sdr. Muhisinin untuk berkunjung kerumahnya lalu mampir juga di Masjid Agung Demak dan sekaligus berziarah juga. Kemudian setelah berlalu agak lama diberi tugas untuk memimpin ziarah Wali Songo santri-santri sehingga sempat mengunjungi Sunan Gunungjati/ Syarif Hidayatullah, kemudian ke Masjid Agung demak di antaranya juga ke makam Raden Patah, kemudian kemakam Sunan Kali Jogo di Kadilangu, kemudian kemakam Sunan Kudus, lalu paginya kemakam sunan Muria, lalu dilanjutkan kemakam Sunan Drajat dan terkahir kemakam Sunan Bonang, karena keterbatasan waktu jadi tidak sempat kemakam Sunan Giri DLL. Itulah pengalaman Ziarah sekaligus membuktikan bahwa tokoh-tokoh yang disebut Wali Songo mereka pernah hidup dan memang ada makamnya sebagai bukti sejarah yang tidak terbantahkan.
Kalau kita melihat kembali silabus Sejarah Kebudayaan Islam dari mulai tingkat Madrasah Ibtida’iyah atau Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi maka Sebagai fakta sejarah Wali Songo merupakan salah satu topic pembahasan yang wajib di kaji dan dipelajari oleh siswa Sampai Mahasiswa bahkan sampai menjadi penelitian para Profesor. Ini membuktikan bahwa sejarah Wali Songo dalam dunia akademik merupakan Fakta yang diterima secara mutawatir kalau menurut Istilah ilmu Hadis jadi keberadaannya tidak mungkin ditolak dan diingkari.
Ketika sedang mengemuka tentang perlunya mempertahankan ciri khas karakter Islam Nusantara dari gempuran berbagi paham dan aliran serta idiologi yang datang dari luar. Khusunya yang anti Ziarah dan juga anti Makam, maka saya tertarik untuk membaca buku tentang Wali Songo ; Rekonstruksi Sejarah Yang disingirkan karya Agus Sunyoto. Buku ilmiah yang ditulis ini menggunakan pendekatan multi disiplin yaitu pendekatan historis, arkeologis, aetilogis, etnohistoris dan kajian budaya. Ada hal yang menarik berkenaan dengan Latar belakang penulisan buku ini, salah satunya beliau sangat perihatin perihatin ketika membaca Ensiklopedia Islam terbitan Van Hoeve, tidak satupun nama tokoh Wali Songo penyebar Islam abad ke-15 dan ke-16 itu tercantum di dalamnya. Sejarah Islamisasi di Jawa yang ditulis di dalam Ensiklopedi Islam tersebut hanya menyinggung sepintas tentang kesultanan Demak dan masjid Demak. Sebaliknya nama tiga orang pembawa ajaran Wahabi-Salafi di Sumatera Barat pada Tahun 1803 (Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang) justru terdapat dalam Ensiklopedia Islam tersebut.
Fakta tidak tercantumkannya tokoh-tokoh Wali Songo dalam Ensiklopedia Islam tersebut mengingatkan pada Tulisan Sjamsudduha berjudul Walisanga Tak Pernah ada ? yang berisi argumen yang pada intinya yang disebut Wali Songo sebagai sebuah lembaga Dakwah yang beranggotakan Sembilan orang tokoh Wali penyebar Islam di Jawa itu tidak pernah ada. Termasuk juga buku-buku yang ahistoris yang jauh dari nilai ilmiah, yang secara sistematis diedarkan dalam rangka menafikan ajaran muslim tradisional yang merupakan warisan wali Songo, seperti bukunya Mahrus Ali , “ Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan, Istighosah dan Ziarah Para Wali, yang merupakan buku yang hanya mencari Popularitas dan bahkan syubhat kebohongan serta Jauh dari Kriteria Buku yang menggunakan metode Ilmiah, walaupun mencantumkan ayat dan hadis namun hanya merupakan tulisan-tulisan sepintas berisi asumsi-asumsi dan klaim serta penilaian yang subyektif. Tidak jauh berbeda juga dengan penerbitnya.
Dalam Bukunya Agus sunyoto berusaha memaparkan tentang kondisi Nusantara sebelum islam datang khususnya yang menjadi kepercayaan,serta pengaruh-pengaruh yang masuk dari luar, kemudian tokoh-tokoh yang berjasa menjadi penyebar Islam sebelum Wali Songo, kemudian bagaimana kondisi kemunduran majapahit serta munculnya Wali Songo, beserta tokoh-tokohnya secara lengkap dan terakhir bagaimana usaha Wali songo dalam upaya pembentukan masyarakat Nusantara dan semuanya di paparkan berdasarkan fakta-fakta ilmiah. Ternyata beliau juga sudah menyusun buku ATLAS WALI SONGO, namun karena harganya agak mahal 260.000 saya belum sempat beli.
Membaca bukunya Agus Sunyoto saya jadi teringat akan Bukunya Prof. DR. HAMKA yaitu Sejarah Umat Islam, yang merupakan buku sejarah yang ditulis oleh penulis Indonesia yang cukup lengkap, mencakup seluruh sejarah Umat Islam di hampir seluruh belahan Dunia termasuk juga sejarah Islam Nusantara. Beliau menulis buku tersebut selama 22 tahun, sejak dari tahun 1939, dengan mengambil waktu yang begitu lama karena kekurangan bahan rujukan atau juga sambil terus mencari bahan rujukan atau karena banyak melakukan perbandingan satu naskah dengan naskah yang lain. Beliau tidak hanya mengambil rujukan dari penulis klasik dan dari kalangan Ummat Islam dengan mengoreksi berbagai data yang berisi dongeng, serta buku-buku sejarah dari berbagai wilayah dan juga fakta-fakta sejarah yang lain dan juga. Lebih dari ratusan buku tarikh yang lama maupun yang baru yang beliau baca termasuk hasil penelitian sebagian orang-orang barat dengan tetap menjaga obyektifitas. Hal ini Menunjukan akan kedigdayaan keilmuan dan keintelektualan Hamka. Ternyata setelah saya membacanya beliau tidak hanya memaparkan sejarah raja-raja dan masuknya Islam ke Nusantara saja namun beliau juga mencantumkan dan memaparkan tentang tokoh-tokoh Wali Songo. Sehingga secara Ilmiah sejarah keberadaan Wali Songo memang fakta dan tidak terbantahkan.
Sehingga bagi masyarakat Muslim Indonesia, mereka pasti mengetahuinya kecuali memang mereka yang tidak pernah mengenal dan mempelajari sejarah perjuangan pendahulunya sendiri, tidak mengenal lingkungannya sendiri dan menutup mata atau memang buta dari keadaan masyarakatnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar