Para pemrotes menilai, lebih baik gedung dijadikan pusat kegiatan untuk menghilangkan ayat tentang jihad
Hidayatullah.com--Para pemrotes yang menentang pembangunan masjid di kawasan bekas gedung World Trade Center --yang keruntuhannya dipersalahkan kepada muslim-- berkumpul di kawasan Manhattan bawah pada Minggu (6/6) tengah hari.
Pamela Geller, seorang blogger konservatif, bersama dengan grupnya "Stop the Islamization of America" menggelar protes itu karena "Membangun masjid di Ground Zero bukanlah sebuah isu kebebasan beragama, melainkan upaya menghina korban 9/11 dan menciptakan ruang bagi politik Islam dan supremasi Islam di New York... Ground Zero adalah sebuah memorial perang, sebuah pemakaman. Hargai itu." Demikian tulis mereka di laman situsnya.
Menurut Geller, Kepolisian New York (NYPD) dan pihak keamanan mengatakan kepadanya bahwa sekitar 5.000 orang ikut dalam aksi tersebut. Tapi jurubicara NYPD Sersan Kevin Hayes mengatakan, polisi tidak bisa memberikan keterangan berapa perkiraan jumlah orang yang ikut dalam aksi itu dan ia tidak bisa mengkonfirmasi angka yang disebutkan oleh Geller. Namun reporter CNN melaporkan, ketika 45 menit pertama dia berada di lokasi, sekitar 200-300 orang telah berkumpul di sana.
Pada kesempatan lain sebelumnya kepada CNN, Geller mengatakan, "Kami merasa mungkin lebih tepat untuk membangun sebuah pusat yang didedikasikan untuk menghapus ayat-ayat Quran tentang ideologi kekerasan yang menginspirasi jihad, atau sebuah pusat bagi korban ratusan juta tahun perang jihad, perbudakan, pembasmian kebudayaan dan pembantaian massal.”
Proyek yang akan dibangun di bekas kawasan WTC itu berupa sebuah gedung berlantai 13 yang di dalamnya terdapat sebuah masjid, tempat pameran seni, pusat kebugaran, kolam renang, dan fasilitas umum lainnya. Proyek tersebut merupakan kolaborasi antara American Society for Muslim Advancement dan Cordoba Initiative.
Daisy Khan dari American Society for Muslim Advancement kepada CNN mengatakan bahwa gedung itu merupakan sebuah "pusat komunitas yang dilengkapi dengan tempat ibadah." Proyek itu merupakan kesempatan bagi muslim Amerika untuk memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat.
Bulan lalu seperti dilansir CNN, tokoh politik Mark Williams dari Tea Party Express mengatakan, gedung itu merupakan "tempat ibadah tuhan-monyet kaum teroris."
Namun demikian, ada warga AS yang mendukung pembangunan gedung tersebut, salah satunya adalah mantan paramedis di Ground Zero, Marvin Bethea. "Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," ujarnya.
"Saya kehilangan 16 orang teman di sana. Tapi muslim juga terbunuh pada peristiwa 9/11. Akan menjadi tanda baik dari keimanan jika kita tidak mengutuk semua muslim, dan muslim yang melakukannya adalah ekstrimis," katanya. "Sebagai seorang pria kulit hitam, saya tahu bagaimana rasanya didiskriminasi (padahal) Anda tidak melakukan apapun."
Dalam aksi protes itu Pamela Geller yang juga pendiri dan editor Atlas Shrugs menjadi pembicara bersama dengan Robert Spencer, Direktur Jihad Watch yang merupakan penulis "The Truth About Muhammad" yang diterbitkan New York Time dan The Politically Incorrect Guide to Islam. [di/cnn/ex/www.hidayatullah.com]
Pamela Geller, seorang blogger konservatif, bersama dengan grupnya "Stop the Islamization of America" menggelar protes itu karena "Membangun masjid di Ground Zero bukanlah sebuah isu kebebasan beragama, melainkan upaya menghina korban 9/11 dan menciptakan ruang bagi politik Islam dan supremasi Islam di New York... Ground Zero adalah sebuah memorial perang, sebuah pemakaman. Hargai itu." Demikian tulis mereka di laman situsnya.
Menurut Geller, Kepolisian New York (NYPD) dan pihak keamanan mengatakan kepadanya bahwa sekitar 5.000 orang ikut dalam aksi tersebut. Tapi jurubicara NYPD Sersan Kevin Hayes mengatakan, polisi tidak bisa memberikan keterangan berapa perkiraan jumlah orang yang ikut dalam aksi itu dan ia tidak bisa mengkonfirmasi angka yang disebutkan oleh Geller. Namun reporter CNN melaporkan, ketika 45 menit pertama dia berada di lokasi, sekitar 200-300 orang telah berkumpul di sana.
Pada kesempatan lain sebelumnya kepada CNN, Geller mengatakan, "Kami merasa mungkin lebih tepat untuk membangun sebuah pusat yang didedikasikan untuk menghapus ayat-ayat Quran tentang ideologi kekerasan yang menginspirasi jihad, atau sebuah pusat bagi korban ratusan juta tahun perang jihad, perbudakan, pembasmian kebudayaan dan pembantaian massal.”
Proyek yang akan dibangun di bekas kawasan WTC itu berupa sebuah gedung berlantai 13 yang di dalamnya terdapat sebuah masjid, tempat pameran seni, pusat kebugaran, kolam renang, dan fasilitas umum lainnya. Proyek tersebut merupakan kolaborasi antara American Society for Muslim Advancement dan Cordoba Initiative.
Daisy Khan dari American Society for Muslim Advancement kepada CNN mengatakan bahwa gedung itu merupakan sebuah "pusat komunitas yang dilengkapi dengan tempat ibadah." Proyek itu merupakan kesempatan bagi muslim Amerika untuk memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat.
Bulan lalu seperti dilansir CNN, tokoh politik Mark Williams dari Tea Party Express mengatakan, gedung itu merupakan "tempat ibadah tuhan-monyet kaum teroris."
Namun demikian, ada warga AS yang mendukung pembangunan gedung tersebut, salah satunya adalah mantan paramedis di Ground Zero, Marvin Bethea. "Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan," ujarnya.
"Saya kehilangan 16 orang teman di sana. Tapi muslim juga terbunuh pada peristiwa 9/11. Akan menjadi tanda baik dari keimanan jika kita tidak mengutuk semua muslim, dan muslim yang melakukannya adalah ekstrimis," katanya. "Sebagai seorang pria kulit hitam, saya tahu bagaimana rasanya didiskriminasi (padahal) Anda tidak melakukan apapun."
Dalam aksi protes itu Pamela Geller yang juga pendiri dan editor Atlas Shrugs menjadi pembicara bersama dengan Robert Spencer, Direktur Jihad Watch yang merupakan penulis "The Truth About Muhammad" yang diterbitkan New York Time dan The Politically Incorrect Guide to Islam. [di/cnn/ex/www.hidayatullah.com]
Category ›
Dunia Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar